Sejak kelas 10 SMA, Elsa sudah memantapkan niat untuk lolos SNBP demi meringankan beban orang tuanya. Dia belajar secara otodidak, mengandalkan buku pinjaman dan bahan daring gratis. Meski tak pernah ikut les atau bimbingan belajar, Elsa tak pernah merasa rendah diri.
Bahkan, saat ayahnya kelelahan membersihkan masjid, Elsa ikut membantu.
“Sering juga ikut membantu jika Bapak capek,” kata Elsa.
Selama di SMA Negeri 1 Wates, Elsa bukan hanya berprestasi secara akademik, tapi juga aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, terutama Pramuka. Dia sering mengikuti lomba hingga tingkat kabupaten dan membawa pulang sejumlah penghargaan.
“Sejak dulu kalau Elsa ngomong ingin kuliah, ya saya dukung. Bersyukur anaknya tahu kalau keinginannya besar jadi selalu mau usaha,” kata ibunya, Parjiyah dengan suara lirih penuh haru.
Kabar kelulusan Elsa di UGM menjadi kebahagiaan besar di tengah kesederhanaan. Namun, rasa senang itu sempat dibayangi kecemasan soal biaya kuliah. Ayah Elsa bahkan sempat bingung bagaimana cara membayar UKT nantinya.
“Waktu itu tetap mikir-mikir. Senang sambil mikir ‘gimana ya besok bayarnya?’,” kata Sudiyana.
Namun Allah menunjukkan jalan. Elsa mendapatkan subsidi UKT 75 persen dari UGM. Dukungan itu menjadi titik balik semangat keluarganya untuk terus berjuang.
Elsa tak hanya ingin kuliah demi gelar. Dia punya visi besar, membiayai pendidikan adiknya yang masih SD dan mengangkat derajat keluarga.
“Saya cuma ingin mengangkat derajat orang tua. Nggak mungkin keadaan ekonomi seperti ini terus,” ucapnya.