Faruq, kata Ken, bukan orang baru bagi militan Filipina. Sebab, beberapa orang sebelumnya telah bertemu di Pakistan.
"Namun, sebagian besar waktunya dihabiskan bukan dengan orang-orang Filipina, melainkan Indonesia,” kata dia.
Di Mindanao, Faruq tinggal di kamp terpencil dan terpisah bersama beberapa siswa Jamaah Islamiyah (JI) asal Indonesia. Dari sini lah pintu masuk baginya menuju Tanah Air.
Pada perkembangannya, dia lantas masuk ke Kalimantan secara ilegal dengan menaiki perahu pada 1998. Setelah itu menuju Makassar. Di kota ini dia kenal dengan beberapa ulama garis keras veteran Afghanistan, salah satunya Agus Dwikarna.
Perjalanan waktu mengantar Umar Faruq ke Jakarta. Dia lantas berkenalan dengan Abu Dzar, seorang garis keras dan sepaham dengannya. Abu Dzar alias Abu Zejid tinggal di Bogor.
Abu Dzar dengan cepat mengenalkannya kepada beberapa orang, rekannya sesama militan. Pada bulan sama, Faruq diajak Dzar rapat perencanaan aksi teror. Salah satu pembahasan dalam rapat itu yakni skenario membunuh mantan Panglima ABRI Jenderal TNI (Purn) Leonardus Benyamin Moerdani atau Benny Moerdani.