Ternyata puasa juga tidak ia laksanakan sendiri. Menurut Abay, banyak orang asing di Rusia yang penasaran dengan ibadah yang ia laksanakan. Uniknya lagi, salah satu dari temannya justru ikut mencoba puasa bersamanya.
"Ada pengalaman orang Rusia ikutin puasa tapi tujuannya bukan untuk ibadah, namun diet. Buka magrib dan sahur. Jadi dari pagi sampai malam nggak minum. Sebulan itu ngikutin, memang nggak pure, jadi kalau nggak kuat minum saja atau makan buah sekali," katanya.
Untuk berpuasa, Abay harus menahan lapar dan haus selama kurang lebih 13-15 jam. Ia biasa sahur pukul 4 pagi dan berbuka di pukul 7 malam. Menurutnya, di tahun lalu puasa yang dijalani lebih menantang karena matahari baru terbit pada pukul 9 pagi sehingga waktu tenggelamnya pun lebih lama.
"Sekarang musimnya ini baru normal karena mau ke musim panas, ini kita baru normal lagi muncul (matahari) jam 6 atau setengah 6. Aku tahun pertama terasa masih malam karena masih gelap, jadi matahari tenggelam makin lama jam 8," ujar dia.
Namun, Abay mengaku puasa di Rusia dijalankan dengan tidak terlalu berat. Sebab, ia tidak merasa lapar dan haus yang berlebih karena cuaca yang dingin. Bahkan kegiatannya lebih banyak dilaksanakan di dalam ruangan.
"Oke aku lapar dan haus tapi nggak berlebihan karena mungkin nggak berlebihan karena dingin, jadi banyak di rumah nggak keluar, pulang kuliah bisa tidur nggak kerasa, jadi bangun sudah mau buka puasa," tutur dia.
Sementara itu, ia mengaku hal yang dirindukan dari puasa di Rusia adalah momen ngabuburit dan tarawih. Sebab, ia tidak merasakan pengalaman tersebut di Rusia karena masjid yang perlu ditempuh selama 1 jam lamanya.
"Kangen banget sama ngabuburit macet-macet di motor demi beli takjil, tarawih juga sebelah rumah dan temen bareng. Kalau di sini, jauh cuma untuk ke sana, sekitar 1 jam," tutup Abay.