Ternyata, hal itu dikarenakan kemampuan finansial yang terbatas. Alhasil, bersekolah hingga jenjang SMP pun menjadi hal yang mewah bagi masyarakat di sana.
"Mengetahui kondisi ini, kami tidak langsung melaksanakan program namun memilih melakukan pendekatan kepada siswa, orang tua dan warga sekitar. Kami berusaha menempatkan diri sebagai kawan ngobrol. Pokoknya jangan sampai deh merasa kita mahasiswa lantas kemudian memandang mereka lebih rendah. Alhamdulillah cara ini berhasil, siswa yang awalnya antipati mulai mau menerima kami,” kata Aji.
Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia ini dan rekan seperjuangan Kampus Mengajar pun menggelar sosialisasi bahaya pernikahan dini dan pencegahan stunting. Beberapa siswa pun mulai akrab kepadanya.
Alhasil, saat mengakhiri masa pengabdian mereka dilepas penuh haru. Mereka kini memiliki hubungan yang baik dengan siswa, guru dan warga hingga saat ini.
Ternyata di sekitar kita masih banyak saudara-saudara kita yang untuk melanjutkan sekolah ke jenjang SMP saja sudah sebuah perjuangan luar biasa. Bagi kawan-kawan sesama mahasiswa, boleh diskusi dan penelitian hingga demonstrasi namun Indonesia membutuhkan aksi nyata. Kalau bukan kita lantas siapa, kalau bukan sekarang lantas kapan?" ujar Aji.