Di tengah kegusaran yang ada, Letjen Moerdani memerintahkan tim mencoba senapan serbu yang disiapkan. Padahal seluruh tim sudah berada di atas pesawat yang akan menuju ke Bangkok. Pilot pesawat diminta mematikan mesin sekitar pukul 20.00 WIB. Dan benar saja, saat dicoba seluruh senjata yang disiapkan macet.
Tim diperintahkan segera mengganti semua peluru. Kali ini uji coba senjata berhasil. Tim segera bertolak ke Bangkok sekitar pukul 21.50 WIB menggunakan pesawat DC-10 Garuda Sumatra.
Setibanya di Bangkok pada 30 Maret 1981, tim kembali mematangkan strategi berlatih menggunakan pesawat DC-10 Sumatra. Menyadari ini merupakan operasi terbuka, tim mengganti pakaian preman yang mereka kenakan dengan seragam loreng darah mengalir yang menjadi kebanggaan mereka. Penggunaan seragam itu dengan dalih jika harus gugur dalam operasi itu, mereka gugur saat menggunakan seragam kebanggaan.
Para pembajak yang menamakan diri Komando Jihad pimpinan Imran bin Muhammad Zein menyampaikan sejumlah tuntutan. Antara lain pembebasan 80 tahanan rekan mereka dalam Komando Jihad, uang tebusan 1,5 juta dolar AS, pengusiran orang Israel dari Indonesia, dan pencopotan Adam Malik sebagai wakil presiden.
Kelompok ini diketahui dua minggu sebelumnya terlibat dalam Peristiwa Cicendo yang menyerbu kantor Kosekta 65 Bandung. Empat anggota Polri tewas dalam peristiwa itu.
Sejumlah penumpang pesawat Woyla menyampaikan kesaksian jika lima anggota kelompok ini sempat merayakan pembajakan itu di dalam pesawat usai Kepala Bakin Letjen TNI Yoga Sugama menyampaikan akan mengabulkan semua tuntutan. Kenyataannya hal itu dilakukan hanya untuk mengulur waktu.