Mensos lantas mengajak si ibu duduk di emperan rumah warga, dan berbincang. Dari identitas KTP, nama ibu ini adalah Sepiati, warga Tambak Asri, Surabaya.
“Njajal crito o, ngopo kok kowe ngene iki. Ga onok kerjoan liyani tah," tanya Risma lagi.
Sepiati akhirnya bercerita. Hidupnya tengah dilanda kesulitan ekonomi. Suaminya hanya pengayuh becak dengan pendapatan tidak bisa diandalkan. Sehari-hari, dia berdagang sayur di rumah kontrakannya.
Biaya kontrak Rp750.000 dan biaya hidup sehari-hari dengan satu anak sekolah SMP, lebih tinggi dari penghasilan.
Akhirnya, Sepiati pun terjerat utang sampai Rp5 juta. Maka, siang setelah dagang sayuran selesai, Sepiati mulai mengenakan kostum hijau dan memasang topeng.
Dari kampung ke kampung dirinya berkeliling untuk menari. Berharap mendapatkan pemasukan tambahan guna membayar utangnya.
“Utang kulo kathah bu. Bojo kulo tukang becak. (Utang saya banyak bu. Suami saya pekerjaannya sebagai tukang becak)," jelas Sepiati ke Risma.