Rupanya, perpindahan ia dari satu klinik pijat ke klinik pijat lain dengan tujuan mempelajari pengelolaan klinik pijat. Ia telah membuat ancang-ancang membuka klinik pijat sendiri. Selama bekerja, ia menabung untuk mimpi besarnya, bisa membuka lapangan pekerjaan bagi disabilitas sensorik netra.
Kenyang pengalaman, tahun 2016, ia resmi mengundurkan diri dari Jarima Pijat Refleksi. Ia mantap membuka klinik pijat sendiri yang diberi nama Klinik Pijat Tuna Netra Putra Mandiri dengan modal Rp25 juta.
Kemensos mendukungnya membuka klinik pijat dengan memberikan bantuan dipan dan kasur, bantal guling, sarung bantal guling, minyak massage, handuk kecil dan seprei,
Mulanya hanya satu karyawan yang direkrut untuk bekerja di kliniknya. Namun kini, karyawannya sudah mencapai 6 orang.
Omsetnya per bulan kurang lebih Rp10 juta. Jam operasionalnya sejak pukul 08.00 - 21.00 WIB.
Di luar itu, ia juga menyediakan mess sederhana dan makan rutin bagi karyawan. Potret bekerja berlandaskan kekeluargaan inilah cita-cita besar Jajang. Sederhana, namun terasa oleh kaumnya.
"Saya berusaha memberi kenyamanan bagi teman-teman, menyediakan makan, tempat tinggal, semoga itu bisa jadi berkah. Karena pengalaman saya dulu kerja, ya saya sewa tempat tinggal sendiri, makan sendiri, jadi ini plusnya yang bisa saya bagi ke teman-teman," kata dia.