Belum puas dengan ilmu yang dimiliki, Sardjito kemudian melanjutkan pendidikan tingkat doktoral di Universiteit Leiden dengan fokus perhatian terhadap penyakit-penyakit tropis. Dia berhasil meraih gelar doktor setelah mampu mempertahankan disertasinya berjudul Immunisatie tegen bacillaire dysenterie door middel van de baéteriophaag antidysénteria Shiga-Kruse pada 11 Juli 1923.
Sardjito juga mendapatkan kesempatan kuliah di Universitas John Hopkins, Amerika Serikat untuk belajar tentang Hygiene. Pada 1924 dia lulus dan meraih gelar Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat. Sebagai seorang dokter yang juga peneliti, Sardjito mempunyai penemuan-penemuan penting bagi masyarakat. Misalnya, calcusol, obat penyakit batu ginjal dan calterol, obat penurun kolesterol.
Menariknya, Sardjito tidak mengeksploitasi penemuannya untuk keuntungan pribadi. Dia bahkan menekankan obat tersebut tidak dijual mahal.
"Tidak boleh menjual obat ini mahal-mahal. Obat ini untuk rakyat. Banyak rakyat yang menderita penyakit batu ginjal. Kasihan kalau mereka harus operasi," kata Sardjito sebagaimana dikutip dari catatan makalah AM Hendropriyono.
Selain dua obat itu, Sardjito juga menciptakan vaksin untuk berbagai penyakit seperti typus, kolera, disentri, staflokoken, dan Streptokoken.
Rektor UGM, Panut Mulyono pernah menceritakan Sardjito sempat memindahkan Pasteur Instituut ke Klaten, Jawa Tengah karena dianggap lebih aman dari serangan sekutu. Tidak hanya peralatan yang dipindahkan tapi juga obat, vaksin, dan serum yang banyak dibutuhkan oleh para pejuang di Jawa.
"Untuk menyelamatkan vaksin (cacar) hasil penelitiannya, selama perjalanan dari Bandung ke Klaten, Prof Sardjito menyuntikkannya ke badan kerbau. Kerbau ini kemudian ikut dibawa naik kereta api dari Bandung ke Yogyakarta," kata Panut Mulyono seperti dikutip dari situs KAGAMA.
Sesampai di Klaten, kerbau dipotong dan diambil lagi vaksin cacar dari limpanya. Menyimak kisah dedikasinya di bidang kesehatan, tentu tak berlebihan jika kita berharap muncul Sardjito-Sardjito lain yang bisa menemukan obat bagi wabah penyakit yang sedang menimpa masyarakat. Utamanya terkait virus corona jenis baru, Covid-19 yang tengah menjadi pandemi global.