Koperasi Desa Merah Putih Oke, tapi Hindari Bahaya Populisme

iNews
Ariyo Irhamna, Chief Economist BPP HIPMI & Ekonom Universitas Paramadina (Foto: Istimewa)

Dengan model kebijakan seperti ini, koperasi-koperasi anggota akan memiliki akses pembiayaan yang lebih sehat, layanan manajemen terpadu, serta integrasi ke dalam rantai nilai yang lebih kuat. Model seperti ini telah terbukti berhasil di negara lain. Selain itu, sudah ada beberapa contoh sukses dari model integrasi koperasi dan perusahaan jasa keuangan.

Rabo Bank di Belanda bermula dari jaringan koperasi pertanian yang kemudian membentuk badan usaha koperasi sekunder berbasis perbankan, dan kini menjadi lembaga keuangan besar yang tetap berakar pada prinsip koperasi. Desjardins Group di Kanada juga menunjukkan bahwa koperasi yang dikelola secara profesional mampu tumbuh menjadi institusi keuangan yang tangguh dan tetap berpihak pada komunitas anggotanya. Model serupa juga terlihat di Finlandia melalui OP Financial Group, yang merupakan federasi koperasi keuangan yang terintegrasi dan berkembang pesat.

Dengan demikian, fokus pengembangan koperasi seharusnya tidak dimulai dari membangun unit-unit baru, melainkan dengan konsolidasi koperasi yang sudah ada tanpa mengganggu budaya/keunikan yang positif dari setiap koperasi, memperkuat tata kelola, membangun kapasitas SDM koperasi, dan memperluas jejaring pasar koperasi secara kolektif.

Sehingga, koperasi-koperasi sekunder yang dibentuk oleh Bank Himbara akan lebih siap memainkan peran dalam berbagai kebijakan ekonomi, misal penyaluran berbagai subsidi atau bantuan untuk UMKM bisa melalui koperasi sekunder ke anggota-anggotanya.

Jika tidak, target 80.000 unit Koperasi Merah Putih bukan tidak mungkin akan menjadi warisan buruk rezim pertama Presiden Prabowo yang membebani sistem perbankan nasional dan merusak semangat koperasi itu sendiri.

Saat ini, Indonesia sedang mencari model ekonomi kerakyatan. Koperasi memang harus menjadi pilar utama. Namun, pilar itu hanya akan kuat jika dibangun dengan fondasi kelembagaan yang kokoh, bukan sekadar didirikan secara masif tanpa kesiapan. Pemerintah perlu berpindah dari logika kuantitas menuju kualitas.

Arah kebijakan penguatan koperasi harus bertransformasi: dari pendekatan populistik ke pendekatan institusionalistik dan berbasis pasar. Indonesia tak kekurangan semangat kolektif dan semangat gotong royong. Yang kurang adalah keberanian untuk keluar dari jebakan pendekatan programatik jangka pendek dan seremonial menuju pembangunan koperasi yang profesional, sehat, dan berdaya saing tinggi.

Editor : Maria Christina
Artikel Terkait
Sumut
5 bulan lalu

6.610 Koperasi Merah Putih Terbentuk di Sumut, 95 Persen Sudah Berbadan Hukum

Bisnis
5 bulan lalu

Bank Mandiri Dukung Kemenko Pangan dalam Penguatan Kapasitas Koperasi Merah Putih

Nasional
5 bulan lalu

80.000 Koperasi Merah Putih Resmi Terbentuk dalam 3 Bulan, Wamenkop Lapor ke Presiden

Nasional
6 bulan lalu

Koperasi Merah Putih di Kota

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal