Selain itu, inventarisasi dan penyiapan gedung/bangunan sebagai tempat evakuasi sementara. Kemudian penguatan sistem peringatan dini, penguatan kapasitas BPBD dan tim siaga bencana untuk beroperasi 24x7 hari. Lalu penyusunan rencana kedaruratan dan sop evakuasi, serta pelatihan dan gladi evakuasi secara rutin dan memadai.
Sementara rekomendasi mid term (2-3 tahun) yang diberikan BMKG antara lain penyempurnaan tata ruang dengan memperhatikan peta multibahaya; pengecekan bangunan strategis/ vital (building code) untuk memastikan tahan terhadap gempa dengan Magnitudo 7,8; relokasi; penguatan infrastruktur pantai rawan tsunami; dan perlindungan pantai rawan tsunami (penghijauan).
Adapun, rekomendasi long term (5 tahun) antara lain evaluasi dan monitoring implementasi sistem mitigasi multi bencana; penyempurnaan tata ruang; dan penyempurnaan kebijakan daerah untuk mitigasi multi bencana.
BMKG, kata Dwikorita akan melakukan langkah mitigasi dengan melengkapi berbagai data dan informasi pendukung perihal potensi bencana yang terjadi di Maluku dengan berkolaborasi bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Pattimura, dan lembaga strategis lain.
“Saya optimistis, apabila jalur evakuasi dan rambu tersedia dengan baik, ada tempat evakuasi memadai, masyarakat sering dilatih evakuasi, bangunan-bangunan menerapkan building code, maka jumlah korban jiwa dan kerugian akibat bencana dapat diminimalisasi,” kata dia.