Akan tetapi, Soekarno dan Hatta ingin memastikan kabar Jepang telah menyerah dan masih memiliki keinginan untuk membicarakan terkait persiapan proklamasi dalam rapat PPKI.
Perbedaan pendapat tersebutlah yang menimbulkan golongan muda salah satunya Chaerul Saleh yang tergabung dalam Gerakan Bawah Tanah pada tanggal 16 Agustus bersama seorang anggota Peta, Shodanco Singgih dan pemuda lain membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan “Peristiwa Rengasdengklok”.
Manfaat peristiwa Rengasdengklok adalah adanya kesepakatan bahwa proklamasi kemerdekaan diadakan di Jakarta. Setelah terjadinya kesepakatan itu, Soekarno dan Hatta diantarkan kembali ke Jakarta untuk segera menyusun naskah Proklamasi.
Usai peristiwa Rengasdengklok, golongan tua dan muda pun melakukan perumusan teks proklamasi. Awalnya, akan dilakukan di Hotel Des Indes, tetapi tidak tersedianya ruangan di hubungilah Perwira Angkatan Laut Jepang yang bersimpati dengan perjuangan bangsa Indonesia, Laksamana Maeda.