Dia mengungkapkan massa kemudian memaksa mereka keluar dari vila, sementara anak-anak dalam keadaan panik dan ketakutan. Mereka buru-buru masuk ke dalam mobil tanpa sempat membawa barang pribadi.
“Kami digedor-gedor saat sudah di dalam mobil. Semua unit mobil dipukul-pukul, dilempar batu, ditendang. Dan itu membuat anak-anak trauma,” ujarnya.
Kisah ini viral di berbagai platform media sosial. Salah satu akun, @permadiaktivis2 mengecam keras tindakan tersebut sebagai teror terhadap anak-anak, dan meminta Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) turun tangan.
“Ya Allah, peserta retret-nya ternyata anak-anak dan sekarang mereka trauma akibat teriakan, makian, dan aksi perusakan di depan mereka. Mohon atensi @kpai_official,” tulisnya.
Dalam video lain yang beredar, tampak massa juga merusak bangunan vila, memecahkan kaca, bahkan menjatuhkan salib kayu ke lantai. Seorang pengguna X (Twitter) @cinnamonw234, menyebutkan alkitab milik jemaat juga dibakar.
“Tiba-tiba mereka diusir dengan cara yang sangat kasar dan tidak ada etika. Bahkan salib dan alkitab dibakar,” tulisnya.
Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sukabumi merespons dan menyatakan tempat tersebut bukan gereja melainkan villa.