Dia menuturkan, jika seorang anak yang berasal dari keluarga ekonomi tak mampu tidak mendapat sekolah di dalam zonanya, mereka akan berpotensi putus sekolah karena kendala biaya. Muhadjir lantas mencontohkan kisah peserta didik dengan latar belakang keluarga tidak mampu terpaksa harus bersekolah di tempat yang jaraknya mencapai 15 kilometer dari rumah. Anak itu harus berangkat pukul 05.30 pagi dan baru sampai ke rumah pukul 18.30 setiap harinya.
“Lalu kapan waktunya untuk belajar? Kapan waktunya untuk beristirahat? Belum biayanya untuk transportasi. Padahal, di dekat rumahnya ada sekolah negeri, tapi karena nilainya tidak mencukupi, dia tidak bisa sekolah di sana. Ini kan tidak benar,” ucap Muhadjir.
Dia mengingatkan, dalam jangka panjang, pemerintah juga harus menanggung risiko urbanisasi dari penduduk yang tidak memiliki kecakapan kerja dan wawasan hidup. Pemerintah juga harus menanggung risiko hilangnya penduduk yang diharapkan dapat membangun wilayah asalnya akibat urbanisasi tersebut.
Karena itu, Muhadjir meminta masyarakat yang mampu ikut berpartisipasi dengan membantu sekolah yang ada di sekitar lingkungan masing-masing, sehingga pada saatnya nanti semua sekolah kualitasnya akan menjadi baik.