Prabowo bersahabat dekat dengan Sjafrie semasa di Akmil. Keduanya pernah sama-sama di Paviliun 5, Lembah Tidar. Mereka juga bareng menjadi siswa kursus kecabangan infanteri, latihan para, komando, dan lainnya.
Saat berpangkat letnan dua, Prabowo dan Sjafrie bertugas di kompi yang sama di bawah pimpinan Letnan Satu Mujain. Untuk diketahui, Mujain seorang lulusan Secapa yang terjun bersama Beny Moerdani di Merauke dan mendapat Bintang Sakti.
Ketika berpangkat letnan, Prabowo dan Sjafrie berpisah. Walaupun sama-sama Grup 1 Parako, Sjafrie menjadi komandan kompi 111, sementara Prabowo komandan kompi 112.
“Selanjutnya kita berkarier masing-masing. Beliau menjadi pengawal presiden, menjadi komandan grup di Paspampres, akhirnya juga menjadi komandan Batalyon di Grup 1, menjadi Wakil Asisten Operasi Kopassus, Komandan Korem,” kata Prabowo dalam bukunya ‘Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto.
Mantan Danjen Kopassus ini melihat Sjafrie bukan saja sebagai sahabat sesama lulusan Akmil 74. Lebih dari itu, Sjafrie memiliki sikap-sikap yang patut jadi teladan bagi para junior maupun lainnya.
Dalam pandangannya, Sjafrie memiliki disiplin pribadi yang sangat tinggi, tidak pernah menjelek-jelekkan orang lain, dan tidak pernah menghambat karya orang lain. Tak hanya itu, Sjafrie juga selalu memimpin dengan tenang, kalem dan prinsip ing ngarsa sung tulada.
“Beliau seorang yang bisa dikatakan taat dan teguh pada agamanya. Saya mengalami berapa tahun berada satu kamar sama beliau, melihat sendiri bagaimana tidak pernah lepas beliau satu kali pun dari sembahyang lima waktu dan puasa Senin Kamis. Beliau juga sangat teliti,” tutur Prabowo.
“Dalam operasi di Timor Timur, di Aceh dan di Papua, dia juga sangat sukses. Dia sangat dicintai oleh anak buahnya. Dia sangat tenang, sikapnya sangat pendiam. Menurut saya dia adalah salah satu jenderal terbaik dari generasi saya,” ucap mantan Pangkostrad ini.