Namun, IKAPPI tak pantang menyerah. Mereka pun akhirnya memutuskan untuk melakukan urun rembug bersama kepala pasar, ketua blok pasar, hingga sejumlah paguyuban pasar untuk melawan hoaks ini.
Akhirnya, cara-cara seperti memasang spanduk hingga masuk ke lorong-lorong pasar dengan menggunakan toa pun tercetus untuk dilakukan dalam rangka mengedukasi tentang bahaya Covid-19 dan bagaimana manfaat yang didapatkan.
Renandi, salah satu pedagang pakaian di Pasar Minggu ini pun mengakui adanya kekhawatiran soal beragam kabar tentang bahaya dari vaksin Covid-19. Tapi, melihat pedagang di sekitarnya sudah melangsungkan, dia pun akhirnya memutuskan untuk ikut disuntik. Namun, tak hanya karena melihat pedagang lain yang sudah divaksin, ada celotehan harapan dari bapak tiga orang anak ini yang akhirnya membulatkan keputusannya.
Ya, tentu dengan harapan kondisi pasar yang sudah dia jajaki sejak 30 tahun silam ini bisa kembali normal. Dia pun berbagi kisah bagaimana dia harus merasakan penurunan omzet ketika situasi virus Covid-19 ini masuk ke Tanah Air, bahkan sampai ke lokasi dia berjualan. Ketika itu, pengelola pasar memutuskan untuk menerapkan ganjil genap bagi para pedagang yang berjualan hingga pembatasan jam operasional dagang.
"Ya walaupun cuma 2 sampe 3 jam ya tetap dagang aja udah, mau gimana lagi," tutur Reynaldi.
Biasanya, selepas berdagang, dia mengaku bisa mengantongi uang lebih untuk disimpan dalam tabungannya. Namun, pada saat pandemi ini, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari menjadi hal yang patut disyukurinya.
"Ya saya sih pengen, orang-orang nggak takut lagi ke pasar, terus penjualan kayak biasa lagi lah, rame lagi," tutur harapannya.