Pembakaran Sekolah di Temanggung akibat Bullying, DPR Dorong Fungsi Guru BP

Felldy Aslya Utama
Wakil Ketua Komisi X DPR, Dede Yusuf meminta peran guru BP lebih aktif untuk mencegah bullying di sekolah. (Foto: Istimewa)

JAKARTA, iNews.id - Beberapa waktu lalu heboh siswa SMP Negeri 2 Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, berinisial R (13) nekat membakar sekolahnya. Dia melakukan hal itu karena sakit hati kerap di-bully atau dirundung teman-temannya.

Menanggapi kasus itu, Komisi X DPR mendorong peran guru bimbingan penyuluhan (BP) atau bimbingan konseling (BK) di sekolah-sekolah guna mengantisipasi adanya kejadian bullying atau perundungan. Dengan adanya bimbingan yang tepat, diharapkan para siswa bisa mendapatkan pendidikan moral yang baik.

"Setahu saya ada yang namanya guru BP seperti bimbingan konseling. Sekarang ini kan tidak terlalu berfungsi. Padahal kan bimbingan konseling ini perlu sekali," kata Wakil Ketua Komisi X DPR, Dede Yusuf, Selasa (4/7/2023). 

Mantan Wakil Gubernur Jawa Barat itu menyebut peran bimbingan konseling di era keterbukaan informasi seharusnya lebih ditingkatkan. Dede menilai bimbingan atau pendampingan konseling tak hanya bisa dilakukan oleh guru semata, tapi juga dapat dibantu oleh siswa-siswa yang tertarik dalam bidang psikologi dan telah mendapat pelatihan.

"Perlu diberikan pelatihan konseling dari psikolog agar memberikan pelatihan dasar kepada siswa-siswa yang tertarik menjadi relawan-relawan konselor. Karena anak-anak ini kalau punya masalah enggak mau melaporkan kepada guru, dia maunya ngobrol dengan sesama temannya. Jika diam dan tidak berbicara maka bullying akan terus terjadi, harus ada teman yang diajak bicara," ujar Dede.

Dia menambahkan, korban yang mengalami perundungan memiliki sisi traumatis yang memungkinkan adanya tindakan murung atau malah pembalasan yang mungkin di luar nalar manusia. Untuk itu, perundungan harus diantisipasi karena hal ini merupakan permasalahan serius.

"Yang saya lihat anak-anak korban perundungan yang terbebankan. Katakan lah korban itu bisa menjadi trauma, bisa juga akhirnya membalas," ucapnya. 

Dede mengatakan kejadian bullying atau perundungan kerap terjadi akibat tiga hal. Pertama karena adanya keterbukaan informasi media sosial yang luas sehingga menimbulkan persepsi melakukan hal tersebut memiliki kesan hebat dan keren. 

"Tentunya peran dari pada informasi yang kita sebut saja media sosial, pemberitaan TV yang cenderung membuat bullying itu menjadi justifikasi sehingga anak-anak melihat kok keren deh, kita bisa melakukan bullying kepada orang lain," tutur Dede.

Kedua yakni karena fungsi pengawasan dilakukan oleh dua pihak yakni guru dan orang tua. Menurut Dede, saat ini tidak ada kolaborasi yang tepat antara guru dan orang tua dalam memperhatikan tumbuh kembang anak. 

"Kita melihat sekarang hubungan orang tua dengan guru ini semakin kurang terjadi karena berbagai faktor. Seolah-olah kalau orang tua menitipkan anak di sekolah maka itu sudah menjadi tugas sekolah, padahal kan pendidikan karakter dimulai dari rumah," ujar Legislator dari Dapil Jawa Barat II ini.

Editor : Rizal Bomantama
Artikel Terkait
Nasional
1 hari lalu

Prabowo Serahkan 16 Nama Calon Anggota Dewan Energi Nasional ke DPR, Ini Daftarnya

Nasional
2 hari lalu

Dasco Terima Kunjungan Abu Bakar Ba'asyir di DPR, Bahas Persatuan dan Kemaslahatan Umat

Nasional
2 hari lalu

Breaking News: MKD Tolak Pengunduran Diri Rahayu Saraswati, Tetap Jadi Anggota DPR

Nasional
2 hari lalu

MKD Sepakat Proses Aduan, Sahroni hingga Uya Kuya bakal Disidang

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal