Pemilu Baru Hasilkan ‘Vote’, Pakar Sebut Demokrasi di Indonesia Minim Kapasitas

iNews
Nur Wijaya Kesuma
Data Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2009-2019 mengindikasikan karakteristik demokrasi di Indonesia relatif berada pada tipologi demokrasi liberal. (Foto: Ilustrasi/Sindonews).

JAKARTA, iNews.id - Pakar Politik Syarif Hidayat mengkritisi kualitas demokrasi Indonesia. Menurut dia, data Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2009-2019 mengindikasikan karakteristik demokrasi di Indonesia relatif masih berada pada tipologi demokrasi liberal. 

“Akibatnya, kalaupun secara kuantitas lembaga dan aturan main demokrasi telah dihadirkan, tetapi secara kualitas, praktik yang berlangsung belum mencerminkan karakter demokrasi substantif, lantaran minim kapasitas,” kata  Syarif dalam Seminar Nasional “Refleksi Akhir Tahun: Capaian Indeks Demokrasi Indonesia dan Evaluasi Pilkada Serentak 2020”, yang diselenggarakan secara daring oleh Pusat Kajian Studi Politik (PKSP) FISIP Universitas Nasional, Jakarta, Kamis (17/12/2020).

Syarif menuturkan, secara umum IDI mengindikasikan Indonesia telah cukup berhasil dalam memproduksi ‘vote’ melalui Pemilu yang diselenggarakan secara rutin. Tetapi, menurutnya, vote yang dituai melalui pemilu itu mustahil menghasilkan vote pada pascapemilu karena tidak terciptanya korelasi antara presence dan representasi.

Dalam diskusi yang dipandu Hilmi Rahman Ibrahim, Syarif menilai pemilu cenderung lebih difungsikan sebagai instrumen oleh para elite politik untuk mendapatkan legitimasi masyarakat. Implikasinya, suara yang diamanahkan oleh masyarakat tidak berdampak pada perbaikan kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan periode setelah pemilu.

“Konsistensinya capaian indeks variabel Hak Memilih dan Dipilih pada kategori Sedang (79,27), dan Pemilu yang Bebas dan Adil dengan kategori baik (85,75), mengindikasikan bahwa secara prosedural Indonesia telah berhasil menyelenggarakan Pemilu sebagai sarana untuk menuai vote,” kata Syarif.

Tetapi di sisi lain, fakta masih tetap rendahnya capaian indeks variabel Peran DPRD (61,74), mengisyaratkan lembaga representatif masih lemah dalam menjalankan fungsinya. Dengan demikian vote yang dihasilkan pada saat pemilu tidak banyak terealisasi menjadi voice pada setelah pemilu.

Kebebasan Sipil

Senada dengan Syarif, Dosen Universitas Paramadina Jakarta Abd Malik Gismar dan Direktur Sekolah Pasca-Sarjana Universitas Nasional Maswadi Rauf mengemukakan perkembangan IDI selama 20092-2019 cenderung biasa saja di angka sedang, terendah 62,63 (2012) dan tertinggi 74,92 (2019).

Namun sejak 2009-2018 aspek Kebebasan Sipil terus menurun dari 86,97 (2009) saat ini pada angka terendah 77,20. Sementara aspek Hak-Hak Politik dan Lembaga Demokrasi terus membaik dari Buruk (54,60 dan 62,72 tahun 2009) menjadi Sedang (70,71 dan 78,73 tahun 2019).

Editor : Zen Teguh
Artikel Terkait
Bisnis
2 hari lalu

MNC Sekuritas dan Prospera Asset Management Gelar Edukasi Having Fund di Universitas Nasional

Nasional
5 hari lalu

Prabowo di KTT ASEAN: Dorong Perdamaian di Myanmar dan Redam Ketegangan Thailand-Kamboja

Nasional
7 hari lalu

Mengimajinasikan Indonesia

Nasional
12 hari lalu

Purbaya Ingatkan Kepala Daerah Pentingnya Jaga Inflasi: Kalau Ada Pemilu, Hampir Pasti Terpilih Lagi

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal