Said menguraikan, pemahaman dan sikap NU dan Muhammadiyah atas Pancasila sebagai pilihan terbaik dan final merupakan hasil penafsiran ayat Alquran dan refleksi kedua organisasi Islam terbesar Indonesia tersebut atas Pancasila.
Muhammadiyah merujuk pada Alquran Surat Saba’ ayat 15 “baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur”, yang berarti: “Sebuah negeri yang baik dan berada dalam ampunan Allah Swt”. Kalimat tersebut oleh Muhammadiyah ditafsirkan sebagai Negara Pancasila.
Sedangkan NU mengacu pada Alquraan Surat al-Baqarah ayat 30: “khalifah fil ardhi”, “khalifah” ditafsirkan NU sebagai melaksanakan amanat Allah melalui NKRI dan Pancasila.
Dia menjelaskan, Pancasila sebagai pilihan terbaik dalam pandangan NU dan Muhammadiyah bukanlah pandangan politik yang didasarkan atas kepentingan pragmatis dan jangka pendek. Pandangan kedua organisasi Islam moderat ini dihasilkan melalui proses refleksi dan dialektika keduanya atas sejarah lahirnya Pancasila di mana tokoh-tokoh Muhammadiyah dan NU terlibat langsung dalam proses lahirnya Pancasila sebagai dasar negara.
“Selain itu, secara kontekstual peneguhan sikap Muhammadiyah dan NU atas Pancasila juga merupakan perlawanan kedua organisasi Islam ini terhadap upaya-upaya kelompok-kelompok tertentu yang hendak mengganti dan mengubah Pancasila,” kata Said.