Menurut Andreas, sejumlah saksi melihat AR dikeroyok Fernando dan rekan-rekannya. Dalam kondisi terdesak, dia lantas mengeluarkan pistol. Fernando dan rekan-rekannya berusaha merebut senjata itu. Dalam pergumulan, senjata meledak dan mengenai dada Fernando.
”Terdapat dua kemungkinan, aksi bela diri akibat dikeroyok atau ketidaksengajaan senjata meletus saat terjadi pergumulan antara kedua pihak. Sejumlah saksi menyebutkan demikian,” katanya.
Lepas dari persoalan tersebut, Kompolnas tetap mendesak agar Polri mengusut tuntas kasus ini. Penyelidikan juga harus berjalan transparan.
Sementara itu, pantauan di Rumah Sakit Polri RS Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur, Briptu AR masih dirawat intensif akibat luka parah di beberapa bagian tubuh. Kendati mulai membaik, dia masih kesulitan berkomunikasi.
”Telah dilakukan serangkaian pemeriksaan CT scan mulai kepala, tangan, dan torak. Tangan kiri patah, yang bersangkutan kini dirawat di ruang ICU,” kata direktur medis RS Polri Kombes Pol dr Yayok Witarto.