“Jadi ini semacam untuk membangun kesadaran kolektif di internal parpol sehingga bisa melarikan agenda bersama. Agenda bersama dalam politik terkadang penting untuk menghangatkan, memanaskan mesin partai, sekaligus untuk alat negosiasi kekuatan partai lain,” tuturnya.
Dia pun mencontohkan beberapa partai yang melaksanakan politik akomodasi tersebut dengan mengedepankan kader partai sebagai alat tawar pengajuan capres maupun cawapres di Pemilu 2019. “Ada PKB dengan Cak Imin (Muhaimin Iskandar), PPP dengan Romahurmuziy, dan Demokrat dengan AHY (Agus Harimurti Yudhoyono),” ucap Gun Gun.
Sementara, faktor ketiga yang membuat pola hubungan koalisi parpol-parpol saat ini masih dinamis adalah politik kontekstual yang dimainkan para aktor. Sebagai contoh, saat ini ada upaya judicial review (uji materi) UU Pemilu terkait presidential threshold (ambang batas pencalonan presiden) dan pembatasan kekuasaan di Mahkamah Konstitusi (MK). Menurut Gun Gun, uji materi UU Pemilu tersebut menjadi salah satu variabel politik kontekstual yang nantinya bisa mengubah peta politik di Pilpres 2019.