Saat pasukan berlatih, ternyata benar senjata MP5 tersebut macet. Padahal senjata ini yang dipakai dalam pembebasan sandera pesawat Jerman di Somalia. Ternyata diketahui peluru yang dipakai sudah kedaluwarsa. Benny pun memerintahkan Letkol Kuntara untuk mengambil peluru baru di kantornya.
Benar saja, begitu diganti pelurunya dengan yang baru, senjata bisa digunakan. Segera mereka langsung terbang ke Thailand. Setelah sampai di Thailand, pasukan Sintong segera berlatih membebaskan sandera. Sementara Benny melobi pemerintah Thailand untuk meminta izin operasi pembebasan sandera.
Awalnya pemerintah Thailand menolaknya, namun dengan diplomasi Benny dan atas dorongan Presiden Soeharto, pemerintah Thailand akhirnya mengizinkan pasukan Sintong untuk menggelar operasi militer.
Rencana pasukan antiteror Kopassus melakukan penyerbuan ke dalam pesawat pada pukul 04.00 WIB. Benny beranggapan pada jam tersebut para pembajak pasti sudah bangun dari tidurnya. Untuk itu rencana penyerbuan dimajukan menjadi pukul 03.00 WIB, di mana para pembajak diperkirakan masih terlelap.
Kemudian saat waktunya tiba, pasukan Kopassus bergerak dari arah belakang pesawat, di mana Benny tiba-tiba ikut masuk dalam pasukan dan ini di luar skenario. Pasukan selanjutnya menuju pintu depan pesawat sebelah kiri.
Dalam peristiwa pembebasan sandera tersebut, terjadi kontak tembak. Anggota tim Antiteror Calon Perwira Letnan Ahmad Kirang yang masuk ke pesawat lewat pintu belakang terkena tembakan pembajak.