"Jadi KPM yang bedrest, sakit, atau yang tidak bisa mengambil di tempat akan kami tentukan. Kemudian, kita melakukan kunjungan langsung untuk menyalurkan bantuan tersebut," kata Sujatmiko.
Saat bansos dibagikan, ada beberapa mekanisme yang harus dilakukan KPM. Mereka akan diminta untuk menunjukkan KTP dan surat pemberitahuan (SP) yang dibagikan kelurahan.
Kemudian, akan ada pencocokan data, baik wajah dan NIK. Jika data cocok, KPM akan diminta untuk melakukan pengambilan foto. Kemudian, diakhiri dengan proses pembayaran.
Sujatmiko juga mengungkapkan rasa syukurnya karena penyaluran bansos sembako dan PKH di Yogyakarta berjalan lebih baik. Bahkan, menurutnya, penyaluran bansos tahun ini lebih mudah ketimbang tahun-tahun sebelumnya.
"Tahun ini lebih mudah ketimbang tahun lalu. Karena sudah longgar. Kalau tahun lalu, protokol kesehatan harus dijaga. Kalau sekarang, walaupun kita tetap menjaga protokol kesehatan, tapi tidak seketat dulu," tuturnya.
Sementara itu, Juru Bayar Pos Indonesia KCU Yogyakarta, Yonas mengungkapkan pengalamannya selama membagikan bansos KPM. Dia mengaku bisa menyalurkan bansos ke beberapa KPM dalam sehari dan mengambil rute atau rumah KPM yang terdekat terlebih dulu.
"Kira-kira sekitar 5-8 KPM yang kita kunjungi," kata Yonas.
Yonas pun tak menampik adanya kendala ketika membagikan bansos. Namun, hal itu tak menurunkan semangat untuk menjalankan tugasnya.
"Dari rumah ke rumah itu kan ada yang rumahnya di pinggir kali atau dekat makam, dan mencari rada (susah). Tetapi itu semua amanah, kita tetap harus ke rumahnya dan membagikan bansos tepat sasaran," kata Yonas.
Sebagai juru bayar, Yonas melakukan proses perekaman dan pendokumentasian dari biometrik dengan face recognition, dan melakukan foto tempat tinggal KPM sekaligus melakukan geotagging.