Dia menjelaskan, pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) membutuhkan waktu cukup lama. Menurutnya, jika saat ini pemerintah memiliki uang dan memutuskan untuk beli alutsista, namun tidak bisa langsung datang.
"Misal saya ingin beli pesawat tempur canggih jenis sebut apa, F15 dari Amerika, Sukhoi Su-35 atau Su-57 dari Rusia, Rafale dari Prancis, kita punya uang. Kita beli hari ini tanda tangan kontrak, ya datangnya enam tahun lagi," ucapnya.
Sebagai pemangku kepentingan dan kebijakan di bidang pertahanan, dia berharap agar Indonesia tidak diinvasi atau terkena ancaman, sehingga kebiajakan rencana pertahanan mesti dibuat sematang mungkin.
"Kita tidak bisa menyusun kebijakan berdasar harapan. Kita juga tidak bisa menyusun rencana berdasar doa. Doa perlu, tetapi rencana tidak bisa didasarkan atas doa dan harapan," katanya.