JAKARTA, iNews.id - Ketua DPR, Puan Maharani menyoroti kasus prostitusi online yang melibatkan anak di bawah umur sebagai korban. Dia menekankan pentingnya peran keluarga dan lingkungan agar anak tidak terjerumus dalam lingkaran perdagangan orang berbalut prostitusi.
"Keluarga sangat berperan dalam memberikan pengawasan memadai, ini mencakup mengetahui dengan siapa anak berinteraksi dan apa yang mereka lakukan di luar rumah," kata Puan, Senin (25/9/2023).
Menurutnya, orang tua juga perlu mengawasi dan mengontrol aktivitas anaknya di media sosial.
"Selain itu, di era gencarnya media sosial, kontrol orang tua pada aktivitas online anak juga sangat penting," ucap mantan Menko PMK itu.
Seperti diketahui, praktik prostitusi online dengan korban anak di bawah umur yang baru saja terjadi diungkap oleh jajaran Polda Metro Jaya. Melalui patroli sibernya, pihak kepolisian mengamankan seorang muncikari berinisial FEA di Johar Baru, Jakarta Pusat.
Modus yang digunakan FEA yaitu menjajakan perempuan di bawah umur menggunakan media sosial. Dia mengenakan tarif pada anak-anak yang dijadikan korban ini sekitar Rp1,5 juta hingga Rp8 juta untuk sekali kencan. Dari hasil itu, pelaku mendapatkan keuntungan sekitar Rp2 juta sampai Rp 4 juta.
Puan mengatakan, penguatan peran keluarga dalam melindungi anak-anaknya juga menjadi tanggung jawab pemerintah. Mulai dari edukasi, sosialisasi hingga regulasi khususnya terkait penggunaan media sosial.
“Bagaimana pemerintah turut andil memberikan literasi yang baik bagi orang tua di tengah era kemajuan teknologi ini. Karena negara punya tanggung jawab terhadap generasi muda bangsa yang tidak terlepas dari peran keluarga dan lingkungan sekitarnya,” ujar Puan.
Puan menekankan pemerintah perlu memperdalam program-program berkaitan dengan ketahanan keluarga. Dia menilai perlu ada program layanan konseling keluarga bagi keluarga-keluarga yang membutuhkan.
“Orang tua harus mendengarkan perasaan dan kekhawatiran anak-anak mereka tanpa menghakimi. Tapi terkadang, orang tua kerap kesulitan menjalin komunikasi dengan anak karena beberapa alasan. Pemerintah dapat memfasilitasi dengan program-program konseling keluarga,” tuturnya.
Puan menyebut, keterbukaan komunikasi dapat memudahkan anak menceritakan hal-hal yang dialaminya. Hal tersebut juga dapat memberikan anak-anak kepercayaan diri untuk berbicara tentang pengalaman atau tekanan yang mereka rasakan.
“Dukungan dari lingkungan pendidikan juga diperlukan. Baik pendidikan konvensional seperti di sekolah, atau lingkungan pendidikan agama dan support system lainnya,” ujar Puan.