JAKARTA, iNews.id - Korps Marinir TNI Angkatan Laut kehilangan salah satu mantan komandan terbaiknya, Mayjen TNI Mar (Purn) Gafur Chaliq. Almarhum merupakan sosok spesial dalam sejarah marinir karena merupakan penggagas sekaligus komandan pertama pasukan khusus Detasemen Jala Mengkara (Denjaka) Korps Marinir.
Alumni Akademi Angkatan Laut angkatan XI (1961-1965) ini menjadi komandan Pasusla pada 1982-1983. Saat itu, Denjaka yang masih bernama Pasusla (Pasukan Khusus Angkatan Laut), dibentuk karena desakan kebutuhan pasukan khusus TNI AL untuk menanggulangi segala bentuk ancaman aspek laut, seperti terorisme, sabotase dan ancaman lainnya.
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) ke-10 Laksamana TNI (Purn) Mochamad Romly juga melihat ada kebutuhan satuan khusus Denjaka yang mendesak saat itu. Dia pun menyurati Panglima TNI Jenderal M. Jusuf untuk membentuk Denjaka.
Panglima TNI setuju. Pada 4 November 1982, Denjaka resmi dibentuk.
Gafur Chaliq pun dipilih menjadi Komandan Denjaka pertama pada 1982-1983. Denjaka menjadi satuan antiteror aspek laut di bawah naungan Korps Marinir. Pasukan yang dijuluki hantu laut ini bertanggung jawab dalam pembinaan kemampuan dan kekuatan untuk operasi antiteror, antisabotase, hingga klendestin aspek laut.
Pada tahap pertama pembentukan Denjaka, sebanyak 70 personel direkrut dari Batalyon Intai Amfibi (Yontaifib) dan Komando Pasukan Katak (Kopaska). Komando dan pengendalian pembinaan Denjaka di bawah Panglima Armada Barat dengan asistensi Komandan Korps Marinir. KSAL bertindak selaku pengendali operasional.
Sebagai pasukan elite dan khusus, tidak semua prajurit TNI AL bisa masuk ke detasemen ini. Prajuritnya dipilih dari Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan Batalion Intai Amfibi (Taifib) Korps Marinir TNI AL. Ranah operasionalnya tidak selalu di laut. Dalam beberapa kesempatan, personel Denjaka bisa juga ditugaskan di darat maupun udara.