JAKARTA, iNews.id – Pendidikan dan literasi menjadi bagian penting pembangunan manusia. Dengan pendidikan yang maju, mata rantai kemiskinan dapat diputus. Di sisi lain dengan terus mendorong tingkat baca masyarakat, kualitas sumber daya manusia (SDM) pun dengan sendirinya akan meningkat.
Jurnalis senior sekaligus founder idtalent.id Putra Nababan menuturkan, bangsa yang masyarakatnya tidak memiliki konteks dan narasi akan mudah diprovokasi, iri, gampang memaki, dan putus asa. Lebih dari itu, bangsa seperti demikian akan mudah dipecundangi bangsa lain.
“Orang-orang seperti itu biasanya jarang baca buku, jarang berliterasi, sedikit-dikit marah, tersinggung, mukul,” kata Putra saat menjadi pembicara dalam acara Motivasi Duta Baca Daerah dan Peserta Lomba Bercerita Bagi Siswa SD/MI Tingkat Nasional Tahun 2018 di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, Kamis (6/9/2018).
Pembawa berita Indonesia terbaik selama 4 tahun berturut-turut ini lantas menerangkan karakteristik orang yang banyak membaca dan bisa menulis. Menurutnya, jika orang yang terbiasa membaca dihadapkan pada suatu masalah, mereka umumnya tidak serta merta mengambil keputusan dengan sembrono. Mereka akan berpikir, menganalisis terlebih dahulu, baru setelahnya mengambil keputusan.
“Dan sebaliknya jika seorang yang membacanya hanya membaca status orang lain di Facebook, Twitter, Instagram, tidak jauh-jauh dari sikap baper (terbawa perasaan),” kata politikus PDI Perjuangan ini, dalam keterangan tertulisnya.
Untuk diketahui, tingkat baca masyarakat Indonesia memang menjadi tantangan besar dalam pembangunan SDM. Mengacu hasil penelitian perpustakaan nasional pada 2017, rata-rata orang Indonesia hanya membaca buku 3-4 kali per minggu dengan durasi waktu membaca per hari rata-rata 30-59 menit. Sedangkan, jumlah buku yang ditamatkan per tahun rata-rata hanya 5-9 buku.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani meminta agar minat baca masyarakat terus ditumbuhkan. Salah satu caranya, dengan memfasilitasi kebutuhan buku masyarakat. Tak hanya itu, di tengah rendahnya literasi masyarakat Indonesia tersebut, perpustakaan mau tak mau harus bisa mengambil peran yang tepat.
Menjawab tantangan itu, Perpustakaan Nasional RI setiap tahun mengadakan program pemilihan Duta Baca yang mewakili provinsi di Indonesia. Sebagai Duta Baca yang mewakili provinsi, diharapkan mereka menjadi panutan dan dapat memotivasi minat baca masyarakat.
Peran Penting Orang Tua
Dalam konteks meningkatkan minat baca masyarakat, Putra Nababan melihat peran orang tua sangat penting terutama di era digital seperti sekarang ini. Orangtua punya kontribusi besar agar anak-anak mereka tidak terseret di dunia digital terutama ‘game’.
Menurut Putra, membangkitkan semangat baca membutuhkan keteguhan sikap. Salah satunya dengan menerapkan ‘keberpihakan anggaran’ di dalam keluarga. Keberpihakan artinya anggaran yang digunakan untuk membeli buku.
”Saat anak ingin membeli buku, maka orang tua wajib merespon dengan positif yaitu bersedia mengeluarkan ‘isi dompet’nya. Langkah ini secara tak langsung akan tercatat di dalam memori si anak yakni membeli buku itu penting,” kata jurnalis yang pernah mewancarai secara eksklusif Presiden AS Barack Obama itu.