Hepatitis, kata Prof Dwi, di luar kasus hepatitis misterius, merupakan penyakit yang rentan menular. Penularan hepatitis A ditularkan dari mulut dan pola hidup yang tidak sehat. Hal ini rentan terjadi pada anak-anak sekolah yang kesadaran menjaga kebersihannya masih kurang.
Kemudian, hepatitis B dan C ditularkan melalui produk darah, di antaranya transfusi darah. Sedangkan, hepatitis D dan E seringnya menempel atau koinsiden pada hepatitis A, B, dan C. Hingga saat ini, baru hepatitis A dan B yang sudah memiliki vaksin.
“Untuk hepatitis yang tidak diketahui masih belum tahu persis menular lewat mulut atau transfusi. Bisa juga menular lewat semuanya,” kata Prof Dwi.
Untuk itu, Prof Dwi mengimbau masyarakat menerapkan pola hidup higienis dan sering menjaga kebersihan tubuh. Utamanya adalah menjaga kebersihan tangan, layaknya belajar dari pandemi Covid-19.
“Masyarakat sudah punya pengalaman tentang hidup sehat dari Covid-19. Ini salah satu cara mencegahnya,” ujar dia.
Jika terindikasi tertular, Prof Dwi menyarankan untuk segera memeriksakan diri ke layanan kesehatan. Ciri umum yang mudah terlihat dari hepatitis adalah mata dan kulit yang menguning, warna urine kuning pekat, hingga memiliki gejala demam, mual, dan muntah.
“Segera lapor ke Puskesmas. Sekarang tenaga kesehatan sudah diberikan pedoman dan penanganannya, mulai dari petugas kesehatan di tingkat primer. Kalau di luar kompetensinya, pasien akan dirujuk secara berjenjang,” tutup Prof Dwi.