Republik yang Didirikan Pecinta Buku

Dr Joko Santoso
Republik Indonesia didirikan oleh para pecinta buku. Tak disangsikan lagi, Soekarno dan Mohammad Hatta adalah pembaca buku paling ambisius. (Foto: Perpusnas)

Sutan Sjahrir dan buku pinjaman yang tak kembali

Republik ini didirikan oleh para penggila buku. Pada 1930, Sjahrir menempuh pendidikan tinggi di Universitas Leiden, Belanda. Dia mengambil jurusan hukum adat Hindia. Di Leiden, Sjahrir kerap meminjam buku tentang kajian negeri Hindia (Indologi) kepada seniornya Joss Riekerk. Joss yang mengambil jurusan Indologi merupakan rekan Sjahrir di perkumpulan mahasiswa sosialis.

Beberapa tahun kemudian. Sjahrir pulang ke Indonesia dan menjadi aktivis pergerakan bersama Hatta. Ketika Sjahrir berada dalam pengasingan di Banda Neira, Joss sudah bertugas di Pulau Sumba sebagai pegawai kolonial. Saat itulah Joss dibuat repot oleh ulah Sjahrir. “Saya masih terus disibukkan dengan nota-nota, surat-surat dari Perpustakaan Leiden yang meminta agar saya mengembalikan buku-buku itu, atau membayar dendanya,” ujar Joss Riekerk kepada Mrazek dalam wawancara pada 15 Oktober 1983.  Rudolf Mrazek menuangkan hal itu dalam biografi Sjahrir: Politik dan Pengasingan di Indonesia, 1996.

Sejak menempuh pendidikan MULO di Medan, Sjahrir menyibukkan dirinya dengan berbagai kegiatan. Sebagai pembaca buku yang bersemangat, dia tentu saja membaca banyak sekali buku saat itu. Tapi dia juga gemar kegiatan-kegiatan rekreasi, dari mulai musik dan terutama sepakbola. Saat hijrah ke Bandung pada 1926, meneruskan sekolah di AMS, Sjahrir kembali melanjutkan hobinya bermain bola.

Selain menempa diri di bidang organisasi dan mulai meniti pengalaman di bidang politik, hari-hari Sjahrir di Bandung juga diwarnai dengan aktivitas bermain bola. Si Bung Ketjil di Bandung menghidupi dirinya sendiri dalam berkegiatan. Sjahrir dan kawan-kawannya membuka semacam toko koperasi yang menjual barang kerajinan yang hasilnya digunakan untuk membiayai perpustakaan, teater dan tentu saja klub sepakbola.

Setelah kemerdekaan, Sjahrir menjadi Perdana Menteri pertama Republik Indonesia. Hal ini diungkapkan Rudolf Mazrek, dalam buku Politics and Exile in Indonesia, 1994.

Editor : Dani M Dahwilani
Artikel Terkait
Soccer
20 hari lalu

Filosofi Emas Trofi Soekarno Cup 2025: Simbol Gotong Royong dan Semangat Pemuda Indonesia

Soccer
20 hari lalu

Soekarno Cup II 2025 Resmi Dibuka! Liga Kampung Hadirkan Nuansa Budaya Bali

Nasional
1 bulan lalu

Ketua Komisi Reformasi Polri Jimly Temui Megawati: Habis Urus Polisi, Kita Benahi yang Lain

Buletin
1 bulan lalu

Begini Penampakan Kepala Patung Bung Karno yang Miring, Pemkab Indramayu Ungkap Penyebabnya

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal