Dia menjelaskan, dalam riset bertajuk "Citra Politikus Senayan di Enam Media Massa" itu terdapat 1.765 judul berita dari berbagai tema yang dijadikan unit analisis. Dari angka tersebut, terdapat 1.427 judul berita bertemakan politik dan 264 berita bertemakan hukum.
Sepanjang Oktober 2019 lalu, berita politik yang disajikan banyak mengulas seputar perebutan kursi pimpinan MPR, amendemen UUD 1945 dan GBHN, pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI, serta Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang atau Perppu KPK.
“Seharusnya isu-isu ini bisa direspons juga oleh politikus millenial sehingga kiprah mereka politikus generasi baru ini segera terlihat. Nah, hasil riset media monitoring kami menunjukkan, dari delapan politikus milenial hanya tiga yang dikutip pernyataannya di enam media massa. Mereka, Hillary Brigita Lasut, Puteri Anetta Komaruddin, dan Rizki Aulia Rahman Natakusumah,” ucap Wildan Hakim yang juga dosen di FISIP Universitas Al-Azhar ini.
Fungsi Tenaga Ahli
Bercermin pada hasil olah data pemberitaan di enam media massa itulah, Dian Permata mengingatkan peran penting Tenaga Ahli. Para TA yang direkrut Sekretariat Jenderal DPR bertugas mendampingi para anggota DPR. Menurut di, sudah saatnya para Tenaga Ahli ini memainkan peran untuk mengarahkan anggota DPR dalam memahami isu secara lebih baik. Pemahaman isu yang baik diharapkan bisa menjadikan para anggota DPR memproduksi berita yang terbaca oleh publik.
Hal senada diungkapkan Wildan. Menurut dia, peran Tenaga Ahli di DPR akan bisa terlihat jika mereka memiliki kompetensi yang juga dilengkapi dengan alat yang memungkinkan mereka membaca isu secara lebih baik. Dengan kemampuan membaca isu, para Tenaga Ahli yang bekerja untuk politikus milenial ini bisa mengarahkan mereka untuk merespon isu secara lebih cepat.
“Dari pendataan kami, para politikus milenial ini muncul di media pada minggu pertama dan kedua. Pada minggu keempat tidak ada pendapat mereka terbaca, ”ucapnya.