Berdasarkan data yang dihimpun RTK, pemilih Partai Golkar yang setuju #2019GantiPresiden sebanyak 42,6 persen, PPP sebesar 43,2 persen, dan PAN sebanyak 65,4 persen. Sementara, saat ditanya siapa tokoh yang dianggap layak menggantikan Jokowi di Pilpres 2019, mayoritas responden yang setuju dengan gerakan itu menjatuhkan pilihannya kepada Ketua umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Menyikapi hasil survei tersebut, Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Ferry Juliantono mengatakan, munculnya Gerakan Ganti Presiden 2019 disebabkan banyak publik yang menilai pemerintah saat ini tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi negara.
“Ya, itu terbukti. Coba aja ini dollar (AS) semakin tinggi, buat nilai tukar rupiah semakin melemah. Publik merasa ini harus benar-benar diganti presidennya. Bahkan, kalau dollar sudah menyentuh Rp15.000 ribu, enggak perlu sampai 2019 lah,” kata Ferry.
Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Eva Sundari berpendapat, isu ganti presiden sekarang ini kerap kali dipropagandakan, dikampanyekan, dan bahkan dipublikasi untuk dijadikan domain diskusi publik.
“Ini sebenarnya, antara realitas dan persepi itu, ternyata lebih powerfull persepsi dengan peran media yang sering muat, sering ngangkat jadi isu utama. Nah, itu bagian dari kampanye ganti presiden. Kan itu curi start (kampanye) sebenarnya,” kata Eva.
Kendati demikian, menurut dia, PDIP bersama koalisi pendukung pemerintah sampai saat ini terus fokus menuntaskan semua janji-janji pemerintahan Jokowi-JK melaksanakan program kerjanya.