Alhasil, pemberian angpao pada saat Lebaran merupakan akulturasi budaya antara Islam dan Tionghoa. Sebab, di agama Islam tidak ada tradisi pemberian uang.
"Pemberian ini sebenarnya adopsi dari kebudayaan Islam dan Tionghoa. Hasil akulturasi ini yang berkembang sampai saat ini," tuturnya.
Lebih lanjut, Moordiati memaparkan bahwa pemberian angpao Lebaran dari orang tua kepada anak di zaman dulu dilakukan sebagai hadiah karena telah menjalankan ibadah puasa satu bulan lamanya. Namun, seiring berjalannya waktu dianggap sebagai hadiah yang kini menjadi keharusan.
Bahkan, kata Moordiati pemberian angpao Lebaran menjadi gambaran status sosial seseorang. Semakin tinggi status sosialnya, maka semakin tinggi juga nominal uang yang diberikan.