JAKARTA, iNews.id - Sejarah Gedung Arsip Nasional di Jakarta Barat menyimpan banyak hal menarik untuk diketahui. Lokasi gedung bersejarah itu berada di Jalan Gajah Mada Nomor 111, Krukut, Taman Sari, Jakarta Barat.
Gedung Arsip Nasional memiliki sejarah cukup panjang yaitu pernah digunakan untuk berbagai peruntukan seperti tempat tinggal, gereja, dan lainnya.
Arsitektur bangunan masih terlihat kental peninggalan Eropa yang megah di masanya, yakni campuran antara gaya renaissance dan pengaruh Barok Rokoko (Louis XV).
Sejarah Gedung Arsip Nasional
Gedung ini dibangun pada abad ke-18 atau sekitar tahun 1750 oleh Gubernur Jenderal VOC Reiner De Klerk. Saat itu gedung masih bernama Villa Molenvliet. Di sekitarnya dibangun parit yang dalam guna mempertahankan dari serangan Banten atau Mataram.
Bangunan itu juga pernah digunakan sebagai kediaman resmi pejabat tinggi kolonial antara tahun 1777 hingga 1780.
Johannes Sieberg membeli rumah tersebut setelah De Klerk meninggal pada 1780. Dia kemudian menjadi Gubernur Jenderal pada 1801-1805 dan tinggal di sana selama masa pemerintahan Prancis dan Inggris.
Dalam sejarahnya Gedung Arsip Nasional sempat berpindah-pindah kepemilikan, yakni dari Johannes Sieberg ke Lambertus Zegers Veeckens lalu Joan Cornells Mayer hingga ke Leendert Miero. Berbeda dengan beberapa pemilik sebelumnya yang kaya raya, Leendert Miero merupakan serdadu rendahan Belanda.
Niatnya membeli rumah ini dipicu rasa dendam pada sang pemilik rumah 30 tahun sebelumnya yakni De Klerk. Di sana dia pernah dihukum 50 cambukan rotan karena tertidur saat jaga piket menjaga pintu gerbang.
Sejak saat itu dia bersumpah, apabila memiliki uang akan membeli rumah tersebut. Masih menyimpan dendam, setiap 15 tahun sekali Miero mengundang khalayak untuk merayakan pemukulan dirinya di halaman Villa Molenvliet.
Selepas kematian Miero, Vila Molenvliet dijual kepada College van der Hervormde Gemeente dan dirombak untuk dijadikan gereja dan panti asuhan.