Universitas Indonesia Turut Berkontribusi Wujudkan Indonesia yang Lestari

Sekar Paring Gusti
Direktur Operasi dan Pemeliharaan Fasilitas Universitas Indonesia, Dwi Marta Nurjaya. (Foto: dok Universitas Indonesia)

JAKARTA, iNews.id - Sebagai perguruan tinggi tertua di Indonesia, Universitas Indonesia tidak hanya memiliki sejarah panjang dalam mencetak generasi cerdas, namun juga berkomitmen kuat dalam merawat lingkungan. 

Kampus UI yang luas, dengan beragam flora dan fauna, menjadi laboratorium hidup bagi para mahasiswa dan peneliti untuk menggali solusi atas tantangan lingkungan. 

Melalui berbagai program dan kegiatan, UI terus berupaya mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan ke dalam seluruh aspek kehidupan kampus, menjadikan UI tidak hanya sebagai pusat ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pionir dalam pembangunan berkelanjutan.

Salah satu implementasinya adalah dengan menyediakan Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) di setiap fakultas. Para civitas juga wajib memilahnya sebelum dimasukan ke tempat sampah yang sesuai jenisnya. Sampah-sampah tersebut lantas diolah. Tidak main-main, program tersebut telah diterapkan oleh UI sejak 10 tahun yang lalu. 

Direktur Operasi dan Pemeliharan Fasilitas Universitas Indonesia, Dwi Marta Nurjaya mengatakan, sebagian sampah yang ada di UI akan diolah di dalam kampus, dan lainnya akan dibawa keluar. 

“Sebagian diolah, sebagian kita bawa keluar. Dalam hal kita tidak punya hak atau tidak punya kemampuan mengolah sampah tersebut. Contohnya adalah sampah B3 (bahan beracun dan berbahaya),” tuturnya. 

Salah satu contoh sampah B3 adalah sampah elektronik yang kemudian dikategorikan sebagai e-waste, sehingga pihak kampus tidak bisa mengolahnya. Meski begitu, sampah yang bersifat organik, seperti dedaunan dapat diolah oleh pihak kampus sendiri. 

Sampah organik diolah menjadi kompos dan pupuk. Di UI, telah tersedia beberapa laboratorium yang bergerak khusus untuk pengolahan sampah, salah satunya Laboratorium Parangtopo. Laboratorium Parangtopo mengolah sampah-sampah organik menjadi kompos, pupuk cair, dan gas. Untuk memudahkan dalam hal memilih sampah, pihak kampus telah menyediakan tempat sampah dengan berbagai warna sesuai kategori sampah.

Dalam mengolah sampah organik, kampus yang 50 persen kawasannya terdiri dari hutan ini menggunakan metode kompos alami, yaitu dengan pencacahan dan disiram dengan air. Sedangkan untuk sampah makanan, pengolahan dilakukan di Lab Parangtopo. 

“Meskipun waktunya memang lebih lama, tapi kami yakin semua sampah organik mampu kami olah sendiri di kampus,” kata Jaya. 

Editor : Anindita Trinoviana
Artikel Terkait
Belanja
23 jam lalu

Hadapi Logistic Race, Kecepatan dan Ketelitian Jadi Ujian di Episode 4 Shopee Jagoan UMKM Naik Kelas

Nasional
2 hari lalu

Kementerian Imipas Catat Kenaikan PNBP Signifikan pada 2025

Bisnis
2 hari lalu

TEI ke-40 Ditutup dengan Transaksi 22,80 Miliar Dolar AS, Mendag: Lewati Target

Kuliner
2 hari lalu

Promo Makan Rp1? Gunakan Bank Mega Tap to Pay di M-Smile

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal