Kedua, penting bagi seluruh pihak termasuk masyarakat untuk mendorong dan mengisi perdebatan-perdebatan di ruang publik dengan politik berbasis data dan program.
"Kita semua tahu bahwa pemilih-pemilih kita masih tradisional emosional cukup dominan, sehingga kerja kita untuk mendorong perdebatan di sosial media agar kemudian berbasis data dan program ini menjadi penting," ujar pengajar di Universitas Trunojoyo Madura, Jawa Timur.
Ketiga, mendorong media untuk memberi ruang yang lebih besar untuk meng-cover berita program kampanye. Alasannya, sejauh ini pemberitaan yang sifatnya gimmick dan figuritas jauh lebih dominan ketimbang yang sifatnya program.
"Akhirnya tadi (figur) tokoh politik Jakarta akan jadi berita besar ketimbang urusan pemberian beasiswa dan bantuan UMKM," tuturnya.
Keempat, mendorong politik substantif dan politik cerdas bermartabat berintegritas di dalam sosial media.
"Selayaknya kita elu-elukan di dalam media sosial kita," katanya.
Kelima, menguatkan regulasi pengawasan dan penegakkan hukum yang kuat terhadap pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab yang disinyalir menyebar isu hoaks di media sosial dan melakukan politik indentitas serta kampanye hitam.
"Saya kira regulasi kita tidak cukup dan akan sulit diantisipasi tanpa dilakukan pengawasan dan penegakan hukum yang kuat," katanya.