Di samping itu, lanjut dia, menumbuhkan komunitas enterpreneurship yang produktif dan ekosistem yang dinamis juga tidak mudah. Mengingat kebutuhan terhadap dedikasi yang tinggi dari sumber daya sebagai fasilitasi dan pendampingan. Dua hal itu dibutuhkan demi mengakselerasi pengembangan entrepreneur dan melipatgandakan dampaknya lewat edukasi, pasar, dan modal.
Sebetulnya pemerintah sudah merealisasikan beberapa program, terutama dalam pendanaan, mentoring, pembinaan, dan fasilitasi, demi menciptakan iklim usaha yang baik. Namun, dalam implementasinya masih ditemui kendala.
"Masih diperlukan konvergensi rencana, kebijakan dan aksi antar pihak untuk menciptakan ekosistem kewirausahaan, termasuk kewirausahaan sosial, di Indonesia," kata Ari.
Beberapa faktor penentu revolusi industri 4.0, khususnya pada pengembangan SDM ini menghadapi tantangan pelik. Sektor pendidikan, kesehatan, dan kewirausahaan yang menjadi penggerak kemajuan bangsa di bidang industri, jasa, dan perdagangan, menghadapi tantangan yang tidak sederhana.
"Padahal keempat sektor tersebut akan menentukan dinamika sektor-sektor tradisonal, seperti pertanian, perikanan, peternakan, dan kerajinan. Tantangan yang dihadapi adalah nyata dan tidak ringan,"tegas Ari.
Untuk itu, demi mempertajam pembahasan isu tersebut KAGAMA menyelenggarakan seminar nasional menyambut Munas XIII KAGAMA di Hotel Grand Inna Bali Beach, Sanur Bali, pada 14-15 November 2019.