JAKARTA, iNews.id - Siapa yang tak kenal dengan Toyota Kijang. Genap 45 tahun Kijang menjadi kendaraan lintas generasi di Indonesia.
Kisah awal kelahiran Kijang tidak dapat dipisahkan dari program Kendaraan Bermotor Niaga Serbaguna (KBNS) yang dicanangkan pemerintah di awal 1970-an. Pemerintah menginginkan ada kendaraan dengan harga terjangkau yang bisa dibeli seluruh lapisan masyarakat dalam menunjang pembanguan di masa itu.
Di saat bersamaan, Toyota sudah mengidentifikasi adanya kebutuhan kendaraan komersil serbaguna berharga terjangkau di negara berkembang dengan menginisiasi project Basic Utility Vehicle (BUV) pada 1972. Setelah melalui serangkaian proses, lahirlah Toyota Kijang pada 9 Juni 1977. Nama Kijang dipilih karena dianggap sesuai dengan konsep KBNS dan BUV, yaitu kendaraan yang lincah dan gesit.
Saat pertama kali diperkenalkan, sebagai sebuah BUV, Kijang (Kijang Buaya) memiliki ciri khas tersendiri, yaitu posisi mesin yang berada di depan, sehingga Kijang memiliki ‘hidung’ alias bonnet yang lebih aman ketimbang model pick-up dengan mesin di bawah tempat duduk depan, serta lebih nyaman karena tidak ada gangguan panas dan suara mesin.
Keunggulan tersebut mendorong Toyota memproduksi Kijang tipe cab berlantai sebagai platform karoseri yang menjadi basis minibus. Sambutan positif diberikan masyarakat Indonesia yang mendambakan kendaraan minibus dengan harga terjangkau, praktis, perawatan mudah, daya angkut besar, dan aman.
Selanjutnya, generasi kedua Kijang lahir pada 1981. Ini menjadi tonggak bersejarah dimulainya era Kijang sebagai mobil penumpang.
Toyota terus berinovasi yang berujung hadirnya Kijang generasi ketiga atau Kijang Super pada 1986. Kijang Super tampil lebih modern, dengan proses manufaktur lebih canggih yang diberi nama Full Pressed Body (FPB), sehingga memiliki kualitas lebih baik.