JAKARTA, iNews.id – Di tengah keputusan pemerintah yang akan menghentikan insentif mobil listrik tahun depan, kekhawatiran muncul di benak pelaku industri otomotif dan publik. Mereka khawatir kebijakan ini akan menurunkan minat masyarakat terhadap mobil listrik bertenaga baterai (BEV) akibat harga naik karena tidak ada lagi keistimewaan pajak.
Namun, Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) Moeldoko, menilai langkah tersebut bukanlah akhir dari perjalanan kendaraan listrik (EV) di Tanah Air. Dia melihat denyut pasar mobil listrik justru sedang tumbuh dengan penuh optimisme.
Di saat penjualan mobil secara umum mengalami perlambatan, kendaraan listrik menunjukkan arah yang berbeda yaitu perlahan, pasti, dan terus menanjak. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menjadi cerminan.
Sepanjang Januari hingga November 2025, distribusi mobil listrik dari pabrik ke dealer (wholesales) mencapai 82.525 unit dari total penjualan kendaraan nasional sebesar 710.084 unit. Angka tersebut mengantarkan pangsa pasar mobil listrik ke level 11,62 persen, capaian yang tak bisa dipandang sebelah mata.
"Kalau dilihat penjualan secara umum mobil memang ada penurunan, tapi kalau tren mobil listrik, ya, dari Periklindo melihat ada fenomena menarik. Meningkat signifikan," ujar Moeldoko ditemui di kantor Mobil Anak Bangsa (MAB) Jakarta, belum lama ini.
Pemerintah sebelumnya telah menyampaikan rencana penghentian insentif pembelian mobil listrik, termasuk untuk impor mobil completely built up (CBU), mulai 31 Desember 2025. Namun Moeldoko menegaskan, absennya insentif tidak serta-merta membuat masa depan kendaraan listrik menjadi suram.
Menurutnya, hukum alam industri akan bekerja. Teknologi berkembang, persaingan menguat, dan harga pun akan menyesuaikan.