JAKARTA, iNews.id – Keputusan pemerintah yang akan menghentikan insentif mobil listrik tahun depan, kekhawatiran muncul di benak pelaku industri otomotif dan publik. Mereka khawatir kebijakan ini akan menurunkan minat masyarakat terhadap mobil listrik bertenaga baterai (BEV) akibat harga naik karena tidak ada lagi keistimewaan pajak.
Bagaimana sikap Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo)? Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto mengatakan, tingginya adopsi mobil listrik tidak lepas dari insentif pemerintah, seperti PPN DTP (Dana Tanggung Jawab Pajak) yang membuat harga lebih terjangkau. Dia mengakui penghapusan insentif akan memengaruhi pasar mobil EV.
Untuk kepentingan lebih besar ke depan, mereka berharap ada policy (kebijakan) dari pemerintah yang dapat membantu industri otomotif kembali tumbuh. Di mana penjualan mobil di Indonesia pada 2025 diprediksi gagal mencapai target (860 ribu - 900 ribu unit) hanya mencapai 780 ribu unit.
"Kami berharap pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan yang berpihak bagi kemajuan industri otomotif. Terlebih penjualan mobil tahun ini secara umum menurun," ujarnya, saat dikonfirmasi media di kawasan Sunter, Jakarta, belum lama ini.
Jongkie menyebutkan Gaikindo menyerahkan sepenuhnya keputusan insentif 2026 kepada pemerintah dan berharap kebijakan terbaik untuk industri otomotif. Industri siap mengikuti kebijakan pemerintah asalkan membantu pertumbuhan pasar.
"Gaikindo bersama para anggota saat ini masih berdiskusi langkah terbaik bagi industri otomotif Indonesia. Pihaknya melalui Kementerian Perindustrian terus memberikan masukan yang diharapkan dapat menghasilkan kebijakan yang berpihak pada industri otomotif," katanya.