JAKARTA, iNews.id - Ada beberapa PO bus tertua yang masih beroperasi sampai sekarang di Indonesia. Nama-nama seperti Damri, POMTH ALS, atau Safari Dharma Raya sering masuk dalam daftar PO bus tertua di Indonesia.
Namun, bus mana yang paling tua dan masih eksis sampai sekarang. Bagi yang tidak tinggal di Sumatera, sebagian pasti masih asing dengan perusahaan otobus (PO) Naikilah Perusahaan Minang atau NPM.
Siapa sangka, NPM adalah bus tertua di Sumatera dan di Indonesia yang eksistensinya tak pudar oleh zaman hingga sekarang. NPM diketahui telah berdiri sejak masa penjajahan tepatnya pada tahun 1937.
NPM terus mengalami perubahan-perubahan hingga berhasil mengikuti perkembangan teknologi dan menjadi bus modern sampai saat ini.
Naikilah Perusahaan Minang (NPM) merupakan PO bus tertua di Sumatera Barat dan tertua di Indonesia. Bagaimana tidak perusahaan ini telah beroperasi sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, yakni sekitar tahun 1937.
Dilansir iNews.id, Kamis (14/7/2022), berikut ini kisah NPM, bus tertua yang masih beroperasi sampai sekarang.
NPM atau Naikilah Perusahaan Minang didirikan di Padangpanjang, Minangkabau, Sumatera Barat, pada 1 November 1937. Perusahaan jasa transportasi ini didirikan oleh Bahauddin Sutan Barbangso Nan Kuniang yang berbasis di kota Padang Panjang, Sumatera Barat.
Bahauddin Sutan Barbangso Nan Kuniang awalnya adalah seorang pengusaha bendi atau dokar. Bersama beberapa orang pengusaha keturunan Tionghoa, Bahauddin lantas mendirikan bisnis transportasi modern.
Bisa dibilang, perusahaan ini lahir dari sebuah usaha transportasi tradisional. Kini tersebut dikelola oleh generasi ketiga, yaitu Angga Vircansa Chairul.
Seperti pernah dilansir iNews.id dari YouTube PaparaZ TV, Angga Vircansa Chairul menceritakan bagaimana liku perjalanan perusahaan bus yang didirikan kakeknya tersebut.
Pada awal perkembangannya, PO NPM hanya melayani beberapa trayek dalam provinsi Sumatera Barat. Baru beberapa puluh tahun kemudian, PO ini berkembang dengan membuka rute ke berbagai kota di pulau Sumatra.
"Pada generasi kedua yang melanjutkan adalah ayah saya Chairul Bahauddin. Dari sembilan bersaudara, ayah saya anak bungsu. Saat SMA mau kuliah, beliau disuruh tangani perusahaan oleh kakek saya," kata Angga Vircansa Chairul.