“Sebenarnya biayanya ini bisa macam-macam. Jadi, ada beberapa komponen yang perlu dipasang untuk jadi sebuah motor listrik, seperti BLDC Motor Hub, adapter, kontroler, baterai, kabel gas, dan sebagainya, jadi total sekitar Rp13 juta,” kata Hari saat dihubungi iNews.id.
Untuk kendaraan listrik, Hari mengungkapkan biaya terbesar ada pada baterai, yang mana semakin besar kapasitasnya, maka akan makin tinggi harganya. Untuk itu, ia berharap ada bantuan dari pemerintah untuk mensubsidi baterai agar motor konversi bisa lebih murah.
Sebelum melakukan konversi, Hari mengatakan bahwa di IATO akan berdiskusi terlebih dahulu kepada konsumen seberapa besar tenaga yang diinginkan. Pasalnya, itu akan mempengaruhi harga.
“Untuk estimasi harga itu dapat menghasilkan tenaga seperti motor metik 110 cc sampai 125 cc. Kalau mau lebih tinggi lagi tenaga tinggal disesuaikan saja, tapi kalau motor penggeraknya lebih besar butuh baterai lebih besar juga,” ucapnya.
Berikut estimasi biaya untuk melakukan konversi motor konvensional ke listrik berbasis baterai di IATO:
BLDC Motor Hub/motor penggerak 1,5 kW: Rp3 juta
Pengerjaan dan adapter: Rp500 ribu
Pegangan hub motor: Rp500 ribu
Kontroler 50-70 A: Rp1,5 juta
Baterai Li-ion 60V, 25 Ah: Rp6 juta
Kabel gas: Rp100 ribu
Switch (on/off, regen button, mode position, MCB 70A): Rp250 ribu
Battery meter: Rp100 ribu
Step down DC 60V – 12V: Rp100 ribu
Pembuatan wiring harnes: Rp250 ribu
Total: Rp12,3 juta
Namun, biaya yang dikeluarkan untuk mengkonversi kendaraan dari bensin menjadi listrik belum termasuk biaya sertifikasi. Selain itu, biaya juga bisa membengkak apabila beberapa komponen motor perlu diperbaiki agar lolos saat uji tipe.
“Kalau untuk biaya sertifikasi pengurusan surat-surat itu kisaran Rp450 ribu. Sangat terjangkau karena pemerintah sangat membantu dalam hal semacam ini,” kata Hari.