“Terus saya meningkat, tambah bus. Akhirnya diikuti perusahaan lain, termasuk yang langsung (beli) dalam jumlah banyak, PO Sargede. Mungkin Pak Parmadi (pemilik PO Sargede) punya share dana lebih,” ujarnya.
Sebelum membuka perusahaan bus pariwisata, Wibisono sudah bergelut di bidang jasa pelayanan. Tetapi, pekerjaannya di masa lalu tak berhubungan dengan transportasi darat.
“Setelah saya lulus sekolah SMA, saya menjadi sales bahan bangunan. Lalu tugas saya berubah menjadi pengawas bangunan. Saya berhenti bekerja. Saya jadi sopir truk, terus jadi sopir bus. Tapi suplier yang lama menginginkan saya usaha di bidang bahan bangunan lagi, terus saya jadi suplier bahan bangunan sampai 1994. Saya berhenti untuk mengembangkan bus pariwisata hingga sekarang,” katanya.
Memiliki pengalaman dalam melayani konsumen saat berada di bidang bahan bangunan, Wibisono menerapkannya pada usaha bus pariwisata. Mengingat pelayanan menjadi kunci kesuksesan sebuah perusahaan otobus.