JAKARTA, iNews.id - Ratusan tokoh dunia, mulai dari ilmuwan, mantan petinggi militer, seniman, hingga anggota keluarga kerajaan Inggris, menandatangani sebuah pernyataan yang menyerukan pelarangan pengembangan kecerdasan buatan (AI) super atau superintelligence. Apa alasannya?
Dilansir dari Futurism, Kamis (23/10/2025), surat pernyataan tersebut diinisiasi Future of Life Institute (FLI). Dalam surat itu dijelaskan tuntutan ini tidak boleh dicabut sebelum ada konsensus ilmiah yang luas bahwa itu akan dilakukan dengan aman dan terkendali.
Pernyataan ini digagas sekelompok peneliti AI yang khawatir dengan pesatnya kemajuan teknologi. Lebih dari 800 tokoh ternama telah menandatangani dokumen tersebut, termasuk pakar AI Geoffrey Hinton, hingga Pangeran Harry dan Meghan Markle.
Seruan ini menambah daftar panjang desakan untuk memperlambat laju pengembangan AI di tengah kekhawatiran teknologi ini dapat mengubah struktur ekonomi dan budaya global.
Sementara itu, raksasa teknologi seperti OpenAI, Google, dan Meta terus menginvestasikan miliaran dolar untuk memperkuat model AI mereka, membangun pusat data, dan menyematkan fitur AI ke berbagai produk.
"Sistem AI yang lebih mutakhir dapat melampaui sebagian besar individu dalam sebagian besar tugas kognitif hanya dalam beberapa tahun. Kemajuan ini dapat membuka solusi untuk tantangan global utama, tetapi juga membawa risiko yang signifikan," ujar Bengio, seorang Profesor di Universitas Montreal, dalam siaran pers.
Direktur Eksekutif FLI Anthony Aguirre, yang juga merupakan seorang fisikawan di University of California, menilai perkembangan AI berjalan jauh lebih cepat. Ini bahkan melampaui pemahaman masyarakat umum.