JAKARTA, iNews.id - Para penjahat siber terus mempunyai cara baru untuk melancarkan aksinya. Perusahaan-perusahaan keamanan siber global mengungkap tren dalam lanskap ancaman di Asia Tenggara.
Salah satunya adalah peningkatan aktivitas kelompok-kelompok Advanced Persistent Threats (APT) utama yang melancarkan kegiatan cyberpionage canggih. Isitilah APT mungkin terdengar asing di sebagian masyarakat Indonesia.
APT adalah serangan kompleks yang terdiri atas banyak komponen berbeda, termasuk menyebarkan phishing dalam e-mail. Kelompok APT juga melakukan exploit, mengindeks malware, dan juga melakukan root (penyembunyian).
Layaknya kebanyakan penjahat siber, APT menargetkan segala bentuk data sensitif. Namun perilaku APT sulit ditemukan, bahkan oleh software anti-malware biasa.
"APT agak sulit ditemukan anti-malware biasa. Saat diinject dia tidak memperlihatkan aktivitas seperti malware biasanya. Jadi, antimalware tradisional tidak dapat mendeteksinya," kata Territory Channel Manager Kaspersky SEA-Indonesia Dony Koesmandarin saat jumpa dengan media, Rabu (26/2/2020).