Ransomware merupakan program jahat atau malware yang mengancam korban dengan menghancurkan atau memblokir akses ke data atau sistem penting hingga tebusan dibayar. Sebagian besar ransomware menargetkan individu. Tapi, belakangan ini ransomware mulai menargetkan organisasi termasuk pemerintahan.
Dikutip dari Microsoft, cara kerja ransomware yakni mengandalkan perampasan kendali atas data perorangan atau organisasi. Sementara perangkatnya bertindak sebagai sarana menuntut uang.
Serangan ransomware mempunyai dua bentuk utama yakni kripto dan locker. Saat seseorang atau organisasi menjadi korban serangan ransomware kripto, penyerang akan mengenkripsi data atau file sensitif korban, sehingga mereka tidak dapat mengaksesnya hingga membayar tebusan yang diminta.
Setelah korban membayar, mereka akan menerima kunci enkripsi untuk mendapatkan akses ke file atau data tersebut. Meskipun korban telah membayar tebusan, tidak ada jaminan penjahat siber akan mengirimkan kunci enkripsi atau melepaskan kontrol.
Salah satu bentuk ransomware kripto yang mengancam adalah Doxware. Ransomware ini mengenkripsi dan mengancam untuk mengungkapkan informasi pribadi korban secara publik. Biasanya tujuannya memaksa mereka untuk membayar dengan cara menghina atau mempermalukan mereka.
Sementara ransomware locker membuat korban terkunci dari perangkat mereka dan tidak dapat masuk. Korban akan diberi catatan tebusan di layar yang menjelaskan mereka telah dicegah masuk dan menyertakan instruksi tentang cara membayar tebusan untuk mendapatkan kembali akses.
Wamenkominfo Nezar Patria mengungkapkan virus itu dikembangkan satu kelompok dan melabelkannya dengan nama Brain Cipher. Layaknya ransomware lain, virus akan mengenkripsi semua data, semua file yang ada di server yang mereka serang.
Sekelas Warnet
Serangan ransomware ke PDNS 2 tak pelak membuat publik murka. Masyarakat pun mempertanyakan kemampuan pejabat kominfo dalam mengelola data nasional. Bukan apa-apa, serangan ransomware di Indonesia bukan kali pertama terjadi, namun sudah berulang kali.
Celakanya, kejadian saat ini juga diperparah ketiadaan back-up data. Begitu PDNS 2 dibombardir serangan Brain Chiper yang tidak dapat dipulihkan, tidak ada data lain sebagai cadangan.