Proses verifikasi dengan World dilakukan dengan memastikan bahwa seseorang adalah manusia yang nyata dan unik, tanpa mengidentifikasi identitas pribadi mereka.
Saat proses verifikasi, kamera canggih (disebut sebagai Orb) mengambil gambar mata untuk menghasilkan kode numerik (disebut iris code), yang hanya bertujuan untuk membuktikan bahwa seseorang adalah individu yang unik.
Kode ini kemudian diproses secara kriptografis dan diubah menjadi sejumlah angka anonim menggunakan teknik mutakhir, sehingga angka-angka tersebut tidak dapat ditautkan kembali kepada individu mana pun.
Angka anonim ini disimpan secara terpisah dalam basis data yang dikelola oleh pihak ketiga terpercaya, seperti universitas. Dengan cara ini, pengguna dapat membuktikan mereka adalah manusia yang unik secara anonim.
"Gambar asli dan iris code kemudian dienkripsi dan dikirim ke perangkat milik pengguna, lalu dihapus dari kamera, sehingga kendali atas data sepenuhnya berada di tangan pengguna," ujar TFH.
Viral di media sosial informasi mengenai kompensasi yang akan diberikan World App untuk siapa saja yang melakukan verifikasi retina matanya di Orb. Kompensasi itu berkisar Rp300.000 hingga Rp800.000.
Kabar tersebut pun ditanggapi TFH. Menurut mereka, World tidak memberikan Worldcoin sebagai kompensasi atas proses verifikasi World ID.
"Klaim token bersifat opsional. Token ini merupakan insentif bagi pengguna untuk menjelajahi dan memanfaatkan jaringan World, yang menyediakan berbagai layanan bermanfaat," terang TFH.
Token tersebut dapat digunakan untuk mengakses dan berinteraksi dengan layanan yang disediakan oleh para pengembang, termasuk melalui mini apps.
"Perlu kami tegaskan kembali, kami tidak menyimpan data pribadi maupun data biometrik. Teknologi kami dirancang untuk memverifikasi keunikan individu di era AI, tanpa menyimpan informasi pribadi atau biometrik apa pun," tambah TFH.