Beruntung, semua pelaut Eropa pada saat itu sudah dilengkapi dengan almanak, yang berisi tabel astronomi untuk periode 1475 hingga 1506. Dokumen yang disusun oleh matematikawan besar Jerman Johannes Müller von Königsberg - juga dikenal sebagai Regiomontanus - memberikan informasi penting tentang pergerakan bintang-bintang, Matahari, Bulan, planet, dan bintang.
Sekilas melihat almanak pada akhir Februari 1504 memberi tahu Columbus gerhana Bulan total segera terjadi. Dia mendekati kepala suku Arawak dan mengatakan tuhannya marah atas keengganan penduduk setempat memberi makan tamu mereka, dan akan melenyapkan bulan purnama sebagai tanda ketidaksenangannya.
Legenda mengatakan ketika gerhana Bulan terjadi pada waktu yang ditentukan oleh Columbus, Arawak yang dilanda kepanikan memohon pengampunan dan berjanji menenangkan tuhan dengan memberi para pelaut cukup makan, sebagaimana dikutip dari IFL Science.
Sejak saat itu, Columbus dan krunya tidak menginginkan apa pun sambil terus menunggu kapal penyelamat, yang akhirnya tiba pada Juni 1504. Sebenarnya kebenaran sejarah legenda ini sulit dipastikan, meski diketahui gerhana Bulan total terjadi di Jamaika pada tanggal tersebut.
Biasanya disebut sebagai Gerhana Columbus, peristiwa astronomi terkenal ini telah menginspirasi banyak episode fiksi, termasuk satu insiden dalam novel A Connecticut Yankee in King Arthur's Court karya Mark Twain 1889, di mana tokoh utama berusaha keluar daripembakaran di tiang pancang oleh meramalkan terjadinya gerhana Matahari.