"Saya ingin tahu apa yang terjadi di balik back-end dan melihat bagaimana Anda dapat mengontrol komputer dan memberi tahu mereka apa yang harus dilakukan," ujarnya.
Merasakan keingintahuan Bakshi yang mulai tumbuh, sang ayah mengajarinya cara memprogram. Dari situ, Bakshi mulai menggunakan internet dan membaca buku tentang pemrograman. Pada usia tujuh tahun, Bakshi membuat saluran YouTube tempat dia memposting tutorial terkait pengkodean dan pengembangan web.
Menariknya, setiap unggahan videonya terdapat ribuan pertanyaan dari para warganet. Sadar akan kurangnya pengetahuan soal pemrograman dan machine learning, Bakshi kemudian menjadikan saluran YouTube-nya untuk bantu 100.000 calon anak dan pemula dalam perjalanan belajar coding mereka.
Pada usia delapan tahun, Bakshi belajar sendiri cara mengembangkan aplikasi iOS. Lalu, menginjak usia 9 tahun, aplikasi pertamanya, yang mengajarkan perkalian, diterima di App Store. Seiring berjalannya waktu, Bakshi kehilangan minat dalam pemrograman.
"Saya selalu merasa kalau teknologi sangat terbatas. Saya selalu merasa ketika Anda memasukkan sesuatu, hal tersebut akan menjadi usang," kata remaja tersebut.