JAKARTA, iNews.id - Misteri Blood Falls tampaknya mulai terungkap. Ken Livi, peneliti di Universitas Johns Hopkins akhirnya menemukan rahasia di balik Blood Falls misterius Gletser Taylor di Antartika.
Ditemukan lebih dari 100 tahun yang lalu, Blood Falls dinamakan berdasarkan air merah cerah yang tampaknya mengalir dari air terjun. Banyak yang percaya air terjun memperoleh warna merah ini karena mineral di dalam air.
Tapi penelitian baru pada sampel yang diambil dari titik jatuh menuju penyebab yang jauh berbeda. Alih-alih mineral, Livi mengatakan air diberi warna oleh nanosfer kecil yang kaya zat besi dan diisi dengan banyak elemen lain seperti kalsium, silikon, natrium, dan aluminium.
Livi percaya, nanospheres inilah yang telah membantu mendorong misteri pewarnaan merah "Blood Falls". Nanosfer terdiri atas unsur-unsur yang berbeda, mereka bukanlah mineral, Livi menjelaskan dalam pernyataan yang dibagikan di situs web Johns Hopkins.
Anda dapat menemukan makalah lengkap tentang temuan di Frontiers in Astronomy and Space Sciences. Livi mengatakan nanosfer yang ditemukan olehnya dan tim tempat dia bekerja sebelumnya tidak terlihat karena ukurannya yang kecil, dan juga penelitian sebelumnya mencari bukti adanya mineral.
Tapi karena nanosfer tidak memenuhi struktur kristal yang dilihat pada mineral, mereka tidak terlihat. Namun, kata Livi untuk memahami sepenuhnya misteri Blood Falls, Anda harus memahami mikrobiologi di Antartika, sebagaimana dikutip dari BGR.
“Ada mikroorganisme yang telah ada selama jutaan tahun di bawah air garam gletser Antartika. Ini adalah perairan purba. Dengan demikian, nanosfer yang kita lihat berperan di sini bisa jadi berasal dari zaman kuno, bahkan sebelum manusia zaman modern menjelajahi planet ini. Perairan ini adalah inang bagi semua jenis bakteri yang mungkin tidak berubah selama ribuan tahun," kata Livi.