Setelah satelit mencapai orbit operasionalnya 550km, hanya bagian tertentu dari sasis yang dapat memantulkan cahaya. Ini karena sistem kontrol satelit mengatasi hambatan dengan membuat satelit mengambil orientasi sirip hiu, di mana panel surya dinaikkan ke orientasi vertikal.
Guna mengatasi masalah ini, SpaceX telah mengindikasikan perusahaan bekerja dalam kemitraan dengan berbagai organisasi untuk mengimplementasikan sejumlah perubahan. Sebagai permulaan, mereka saat ini menguji satelit eksperimental yang kurang reflektif dibanding model sebelumnya yang disebut DarkSat.
Kelas satelit ini memanfaatkan array bertahap gelap dan antena parabola untuk mengurangi kecerahan sekitar 55 persen. Namun, SpaceX juga mencari solusi pelindung Matahari untuk mengatasi masalah panas karena satelit dark dapat bersinar terang dalam infrared karena cat hitam menyerap radiasi.
Kedua, SpaceX bermaksud menerapkan perubahan dalam cara satelit mereka bergerak dari penyisipan ke parkir dan kemudian ke orbit stasiun. Saat ini, perusahaan sedang menguji manuver.
Satelit digulung sehingga berada di bidang yang sama dengan vektor Matahari. Ini akan memiliki efek mengurangi area permukaan yang menerima cahaya, sehingga jumlah cahaya yang dipantulkan akan berkurang.
Munculnya satelit-satelit baru di langit telah menyebabkan kontroversi di antara para astronom amatir dan komunitas astronomi. Faktanya, Royal Astronomical Society (RAS), American Astronomical Society (AAS), International Astronomical Union (IAU), dan National Observatory Radio (NRAO0 telah mengeluarkan pernyataan resmi mengenai Starlink.
“Meskipun sebagian besar dari refleksi ini mungkin sangat samar sehingga sulit untuk diambil dengan mata telanjang, mereka dapat merusak kemampuan sensitif teleskop astronomi Bumi, termasuk teleskop survei sudut lebar ekstrem yang sedang dibangun. Kedua, meskipun ada upaya penting menghindari gangguan frekuensi astronomi radio, sinyal radio agregat yang dipancarkan dari rasi bintang satelit masih dapat mengancam pengamatan astronomi pada panjang gelombang radio,” kata IAU.