Selain itu, data Selat Sunda dan selatan Jawa sangat kurang dibandingkan data Barat Sumatera untuk analisis dan interpretasi kegempaan megathrust. "Kerena itu pemodelan gempa megathrust di barat Sumatera berbeda tingkat validasinya untuk Selat Sunda dan selatan Jawa," tuturnya.
Pemodelan gempa megathrust, kata Awang di sebalah barat Sumatera jauh lebih valid dibandingkan di selatan Jawa.
"Jadi kalau misalkan 8,7 dipotensialkan akan terjadi segitu. Akurasi analisisnya jauh lebih tinggi di barat Sumatera dibandingkan di selatan Jawa, karena kurang data. Akibatnya walau pun di plot M 8,7-8,8 dalam pendapat saya itu sulit terjadi," katanya.